Senin, 13 Juni 2011

suksesi kepemimpinan islam masa rasul dan sahabat


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
“Setiap kamu adalah pemimpin. Dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas kepemimpinannya.” Mungkin kata-kata tersebut yang paling cocok dan pas bagi setiap orang muslim di seantero jagad raya ini. Kenapa tidak, manusia diturunkan di bumi ini adalah sebagai khalifah yang memakmurkan dan menyemarakkan dunia. Mungkin kita juga sepakat bahwa pada setiap individu manusia muslim adalah seorang pemimpin. Yakni memimpin dirinya sendiri dan bertanggung jawab atas dirinya sendiri.
Berbicara tentang “kepemimpinan”, sungguh alangkah menumbuhkan jiwa semangat bagi setiap muslim yang peduli akan iman yang diembannya. Jika kita menoleh jauh ke belakang tentang sejarah awal Islam, tentulah kita akan menemukan banyak pelajaran yang luar biasa apabila diaplikasikan dalam dunia modern sekarang, khususnya dalam hal “kepemimpinan”. Bagaimana bentuk kepemimpinan Rasulullah dan para sahabat-sahabatnya. Dan bagaimana cara pemilihan seorang pemimpin pada saat itu.

B.     Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas maka yang menjadi pokok permasalahan dalam makalah ini adalah:
1.      Bagaimana bentuk-bentuk pemilihan pemimpin (suksesi kepemimpinan) dalam syariat Islam jika ditinjau dari masa Rasulullah, Khulafaur Rasyidin, Bani Umayyah, dan Bani Abasiyyah?

BAB II
SUKSESI KEPEMIMPINAN DALAM SYARIAT ISLAM

A.    Pada Masa Rasulullah
Setelah tiba dan diterima penduduk Yatsrib (Madinah), Nabi resmi menjadi pemimpin penduduk kota itu. Babak baru dalam sejarah Islam pun dimulai. Berbeda dengan periode Mekkah, pada periode Madinah, Islam merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala negara. Dengan kata lain, dalam diri nabi terkumpul dua kekuasaan, kekuasaan spiritual dan duniawi. Kedudukannya sebagai rasul secara otomatis merupakan kepala negara.[1]
Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan negara baru itu (Madinah), maka beliau segera meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat. Dasar-dasar tersebut antara lain:
1.      Pembagunan masjid, selain sebagai tempat ibadah masjid juga digunakan sebagai pusat pemerintahan.
2.      Ukhuwah Islamiyah, Nabi mempersaudarakan antara golongan Muhajirin dan Anshar.
3.      Hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lainyang tidak beragama Islam.
Dari perjalanan sejarah Nabi ini, dapat disimpulkan bahwa Nabi Muhammad SAW, di samping sebagai pemimpin agama, juga seorang negarawan, pemimpin politik dan administrasi yang cakap. Hanya dalam sebelas tahun menjadi pemimpin politik, beliau berhasil menundukkan seluruh jazirah Arab ke dalam kekuasaannya.[2]


B.     Pada Masa Khulafaur Rasyidin
Dalam sejarah Islam dikenal berbagai mekanisme penetapan kepala negara, yakni pada masa Khulafaur Rasyidin; Abu Bakar ditetapkan berdasarkan pemilihan dengan musyawara terbuka, Umar ibn Khattab ditetapkan berdasarkan penunjukan kepala negara terdahulunya, Usman ibn Affan ditetapkan berdasarkan pemilihan dalam suatu dewan formatur, dan Ali ibn Abi Thalib ditetapkan berdasarkan pemilihan musyawarah dalam pertemuan terbuka.[3]
1.      Khalifah Abu Bakar
Nabi Muhammad SAW tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Beliau nampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum muslimin sendiri untuk menentukannya. Karena itulah, tidak lama setelah beliau wafat belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar berkumpul di balai kota Bani Sai’dah, Madinah. Mereka memusyawarahkan siapa yang akan menjadi pemimpin. Musyawarah itu berjalan cukup alot karena masing-masing pihak, baik Muhajirin maupun Anshar, sama-sama merasa berhak menjadi pemimpin umat Islam. Namun, dengan semangat yang tinggi, akhirnya, Abu Bakar terpilih. Rupanya, semangat keagamaan Abu Bakar mendapat penghargaan yang tinggi dari umat Islam.[4]

2.      Khalifah Umar ibn Khattab
Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, beliau bermusyawarah dengan para pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar sebagai gantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam.[5]

3.      Usman Ibn Affan
Untuk menentukan penggantinya, Umar tidak menempuh jalan yang dilakukan Abu Bakar. Dia menunjuk enam orang sahabat dan meminta kepada mereka untuk memilih salah seorang di antaranya menjadi khalifah. Enam orang tersebut adalah Usman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa’ad ibn Abi Waqqas, dan Abdurrahman ibn Auf. Setelah Umar wafat, tim ini bermusyawarah dan berhasil menunjuk Usman sebagai khalifah, melaui persaingan yang agak ketat dengan Ali ibn Abi Thalib.[6]

4.      Ali ibn Abi Thalib
Setelah Usman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali ibn Abi Thalib sebagai khalifah. Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikitpun pada pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali memecat gubernur yang diangkat oleh Usman. Dia yakin pemberotakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka. Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Usman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada Negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan di antara orang-orang Islam sebagaimana pernah diterapkan Umar.[7]

C.    Kepemimpinan Bani Umayyah
Memasuki kekuasaan Muawiyah yang menjadi awal kekuasaan Bani Umayyah, pemerintahan yang bersifat demokratis berubah menjadi monarchiheridetis (kerajaan turun temurun). Kekhalifahan Muawiyah diperolaeh melalui kekerasan, diplomasi dan tipu daya, tidak dengan suara pemilihan atau suara terbanyak. Suksesi kepemimpinan secara turun temurun dimulai ketika Muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya, Yazid. Muawiyah bermaksud mencontoh monarchi di Persia dan bizantium. Dia memang tetap menggunakan istilah khalifah, namun dia member interpretasi baru dari kata-kata itu untuk mengagungkan jabatan tersebut. Dia menyebutnya “khalifah Allah” dalam pengertian “penguasa” yang diangkat oleh Allah.[8]

D.    Kepemimpinan Bani Abbasiyah
Kekuasaan Bani Abbas, atau khilafah Abbasiyah, merupakan kelanjutan dari kekuasaan dinasti Bani Umayyah. Dinamakan khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan al-Abbas paman Nabi Muhammad saw. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhamad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas. Kekuasaanya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s.d. 656 H (1258 M). selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan oerubahan politik, sosial, dan budaya.[9]


BAB III
ANALISIS SUKSESI KEPEMIMPINAN DALAM SYARIAT ISLAM

A.    Dasar Hukum Pemilihan Pemimpin (Suksesi Kepemipinan)
Berkaitan dengan kehidupan bernegara, al-Qur’an dalam batas-batas tertentu, tidak memberikan pemberian. Tetapi al-Qur’an hanya memaktubkan tata nilai. Demikian pula as-Sunnah. Nabi tidak menetapkan peraturan secara rinci mengenai prosedur pergantian kepemimpinan umat dan kualifikasi pemimpin umat. Dalam bab ini akan dikemukakan beberapa Firman Allah dan Sabda Nabi yang berkaitan dengan pembahasan.
1.      Dasar al-Qur’an
a.       Kemestian mewujudkan persatuan dan kesatuan umat.
¨bÎ)ur ÿ¾ÍnÉ»yd óOä3çF¨Bé& Zp¨Bé& ZoyÏnºur O$tRr&ur öNà6š/u Èbqà)¨?$$sù ÇÎËÈ  
Sesungguhnya (agama Tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan aku adalah Tuhanmu, Maka bertakwalah kepada-Ku. (QS. Al-Mu’minun: 52)[10]

b.      Kemestian bermusyawarah dalam menyelesaikan dan menyelenggarakan masalah yang bersifat ijtihadiyah.
öNèdãøBr&ur 3uqä© öNæhuZ÷t/
urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah di antara mereka (QS. As-Syura: 38)[11]
c.       Kemestian mentaati Allah dan Rasulullah.
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä (#qãèÏÛr& ©!$# (#qãèÏÛr&ur tAqߧ9$# Í<'ré&ur ͐öDF{$# óOä3ZÏB (

4 komentar:

  1. Daftar pustakanya kog gak ada kang???

    BalasHapus
  2. sankyuu..membantu sekali artikelnya,, izin copas yah senpai.. :D

    BalasHapus
  3. Padahal isinya bagus sekali, singkat padat & cukup ilmiah. sayaaaaang banget gak ada rujuan daftar pustakanya bikin hilang keilmiahannya 100%

    BalasHapus